Desa Adat Praijing

Berkenalan dengan Rumah Tradisional Sumba di Desa Adat Praijing Tebara Sumba – Desa dengan Kultur yang Masih Kental

Bagikan ke Teman Liburan

Di sedang laju zaman modern, warga Sumba masih memegang teguh budayanya. Jejak itu bisa ditemukan di beberapa desa kebiasaan yang udah berusia ratusan tahun. Salah satu yang masih terjaga dengan baik adalah di kawasan Desa Adat Praijing Tebara, Pulau Sumba.

Desa Adat Praijing
Photo by @lxi_umbu

Lokasi Desa Adat Praijing

Desa Adat Praijing berada di Desa Tebara, Kec. Waikabubak, Kab. Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Di kampung ini hanya tersisa 38 rumah tradisional khas Sumba. Sebelum mengalami kebakaran terhadap th. 2000, tercatat ada 42 tempat tinggal tradisional di kampung ini. Praijing berjarak sekitar tiga km berasal dari pusat Kota Waikabubak.

Desa Adat Praijing
Photo by @carolinesennie

Dari ketinggian, anda mampu leluasa nikmati bentang kota Waikabubak yang memiliki pesona alam dengan hamparan sawah menghijau. Rumah kebiasaan Sumba biasa terkenal dengan Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu bermakna rumah besar, kala Uma Mbatangu bermakna tempat tinggal menara. Rumah tradisional Sumba berwujud rumah panggung bersama dengan atap berundak menjulang bak menara.

Menyimpan makna

Desa Adat Praijing
Photo by @ayurikasrgh

Tokoh sekitar desa mengatakan tempat tinggal adat di kampung selanjutnya terbagi jadi tiga bagian. Pada anggota bawah (Lei Bangun) berfungsi untuk pelihara hewan ternak, anggota sedang (Rongu Uma) untuk penghuni, dan bagian atas atau menara (Uma Daluku) khusus sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan alat pusaka.

Desa Adat Praijing
Photo by @baas_saputra

Penduduk setempat yakin bahwa Marapu bersemayam dan melihat mereka berasal dari menara ini, supaya titik tersebut mendapat perlakuan khusus. Menara yang terletak terhadap tengah tempat tinggal memiliki penyangga berupa empat tiang yang sekaligus terhitung berfaedah sebagai penopang rumah.

Desa Adat Praijing
Photo by @otohumba

Ruang di antara empat tiang itu berfungsi sebagai tempat untuk memasak. Perapian ini termasuk berfungsi untuk mengawetkan bahan makanan yang tersimpan di atasnya.

Photo by @krisdiandro

Pada tiap tiang terkandung semacam ukiran yang berguna sebagai pintu pembeda antara pintu laki-laki dan pintu perempuan.

Photo by @titinharawowu

Pintu atau ‘tiang perempuan’ lokasinya dekat bersama dapur yang merupakan pusat kegiatan Inna—panggilan ibu. Sementara tiang lainnya terkenal dengan ‘tiang laki-laki’ karena tempatnya bedekatan bersama area tamu area terhadap pria berdiskusi.

Photo by @ulinyusron

Biasanya pintu laki-laki berguna untuk para kepala rumah tangga atau papa untuk masuk ke dalam rumah. Sementara pintu perempuan khusus untuk ibu yang akan pergi ke pasar.

Keyakinan Masyarakat Desa Adat Praijing

Mayoritas warga Sumba menganut kepercayaan Marapu—agama asli yang masih hidup dan mereka anut hingga saat ini. Marapu berasal dari kesimpulan “yang dipertuan” atau “yang dimuliakan”. Dasarnya adalah pada pemujaan arwah-arwah leluhur.

Photo by @sumba_vacation

Dalam bhs Sumba, ruh leluhur itu bernama Marapu, yang punya makna yang dipertuan atau dimuliakan. Itulah sebabnya agama yang mereka anut juga bernama Marapu.

Bagikan ke Teman Liburan

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *