Pulau Mules – Penetapan Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai keliru satu dari 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia, bahagia atau tidak sebabkan pemerintah daerah dan masyarakat, khususnya di Pulau Flores, harus berbenah, sekaligus menyisir seluruh potensi alam dan budaya yang ada.

Sesungguhnya tetap banyak potensi di Pulau Flores yang mendapatkan julukan Nusa Bunga untuk di pasarkan kepada wisatawan yang bahagia bertualang menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.
Sekilas Tentang Pulau Mules
Ketika mendengar namanya kemungkinan jadi agak aneh: Pulau Mules. Pulau yang sakit perut? Apa itu artinya? Bukan! Bukan mulesnya perut. Mules berasal berasal dari bahasa Manggarai, molas, yang bermakna cantik. Jadi Pulau Mules artinya pulau yang cantik. Tak heran misalnya cuma satu desa di pulau ini di beri nama Nuca Molas.

Pulau yang terdapat di selatan Flores ini merupakan wilayah Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai. Pulau ini merupakan hanya satu pulau yang di miliki Kabupaten Manggarai, setelah di mekarkan jadi dua kabupaten baru, yaitu Kabupaten Manggarai Barat dan Manggarai Timur.

Mayoritas masyarakat Pulau Mules beragama Islam, berlainan dengan sebagian besar masyarakat di Pulau Flores yang menganut Katolik. Agama Islam yang di anut masyarakat setempat konon di bawa nenek moyang mereka yang berasal dari suku Ende, Bima, dan Bugis. Bahasa yang di gunakan termasuk berbeda bersama warga di daratan Manggarai. Masyarakat Pulau Mules terkenal juga dengan orang pulauโmenggunakan bhs Ende yang di campur bersama bhs Manggarai.
Akses Menuju Pulau

Sesuai namanya, pulau ini sebenarnya terlalu cantik. Jika mengitari pulau ini dengan berjalan kaki, setidaknya perlu kira-kira 10 jam hingga 12 jam menelusi garis pantai bersama jarak tempuh kurang lebih 30 kilometer. Apabila menggunakan speedboat cuma butuh waktu kira-kira 30 menit sampai 1 jam untuk mengitarinya.

Akses menuju pulau ini lumayan mudah. Dari Kota Rutengโibu kota Kabupaten Manggaraiโwisatawan bisa memakai moda transportasi darat ke Dintor. Ada dua alternatif jalur ke daerah ini, yaitu via terminal Mena menuju Cancar-Todo- Dintor atau Ruteng-Iteng-Dintor. Setelah melakukan perjalanan tidak cukup lebih 1-2 jam dari Kota Ruteng, wisatawan harus menyeberang memanfaatkan perahu kecil dan speedboat menuju Pulau Mules.

Pada titik itulah โperjuanganโ menuju Pulau Mules mulai terasa. Wisatawan harus bersusah payah menaiki perahu kecil yang tetap di guyur ombak, karena tidak ada dermaga di Dintor. Baju yang basah kuyup dan tak jarang sanggup tercebur di laut dangkal, mampu menjadi pengalaman menarik sebelum saat selanjutnya wisawatan sanggup naik ke speedboat. Perjalanan berasal dari menuju Labuan Taur di Pulau Mules kira-kira 30 menit.

Labuan Taur memiliki pantai berpasir putih yang halus bersama air yang jernih berwarna biru kehijauan (tosca), apalagi kadang waktu berwarna keunguan. Di Pulau ini termasuk terdapat hutan dan banyak monyet berkeliaran, padang savana, tempat sapi dan kambing serta rusa mencari makan, serta bukit karang terjal yang cocok untuk olahraga panjat tebing.
3. Kampung di Pulau Mules

Desa Nuca Molas di Pulau Mules terdiri dari tiga kampung, yakni Labuan Taur, Peji, dan Konggang. Pemandangan di ketiga kampung selanjutnya benar-benar berbeda. Untuk menelusuri kampung-kampung di pulau ini ada kendaraan roda dua berasal dari berbagai brand milik warga.

Di satu sisi Pulau Mulesโsekitar 30 menit dari Konggang yang sanggup di tempuh bersama dengan perahuโterdapat mercusuar. Wisatawan pun sanggup menyaksikan indahnya panorama laut dari ketinggian.
Tinggalkan Balasan